Aku tengah belajar bahwa kerelaan terhadap apa yang ditetapkan lebih membawa keridhoan dan rasa cinta mendalam dibandingkan banyak menuntut ini dan itu. Mungkin secara lahiriah banyak yang didapat secara kuantitas, tapi kadang dada terasa sempit dan sesak. Apa yang banyak terasa kurang berkahnya. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang ridho dan lapang menerima semua ketentuan-Mu.
Archive for the Category ◊ Uncategorized ◊
Tahun ini, 2 anak kami mengikuti proses PPDB atau Penerimaan Peserta Didik Baru. Satu ke jenjang SMP dan satu lagi ke jenjang SMA. Alhamdulillah mereka berdua keterima di sekolah Negeri.
Proses PPDB ini membawa ingatanku ke peristiwa tahun lalu saat mencari sekolah SMA untuk Si Nomer Dua. Karena nilainya lumayan bagus, dan usianya cukup matang, kami optimis dia bisa masuk SMAN. Kami PD sekali hingga tak mencari sekolah swasta manapun sebagai cadangan.
Singkat cerita dia gagal masuk SMAN dan karena kami mentok mencoba sampai Tahap Akhir, beberapa sekolah swasta yang kami coba datangi kursinya telah terisi penuh dan menutup pendaftarannya. Akhirnya masuklah ia ke sekolah swasta biasa yang -jujur saja- sering kupandang sebelah mata (jadi kuwalat juga judulnya).
Tiba-tiba di tengah tahun, ia mencoba test mutasi Negeri dan alhamdulillah lulus sebagai peringkat 3 dari 33 siswa. Hanya 3 teratas yang lulus.
Bila aku kilas balik, banyak hikmah dari ‘gagal’nya dia di PPDB pertama. Banyak hikmah karena ditolak sekolah swasta mahal yang uang masuk nya bisa 10x lipat dari sekolah dia saat itu. Kami bisa menghemat banyak dana pendidikan anak. Dia bisa masuk SMAN yang tadinya jauh dari jangkauan nilainya. Hikmah lainnya mungkin akan terasa jauh di depan. Who knows?
Inti dari tulisan ini adalah, kadang kita tidak bisa melihat hikmah dan pelajaran hidup di awal. Kadang lama setelahnya, kita baru bisa melihat ‘silver lining among the dark clouds’. Kadang kita baru mengerti jalan cerita dari takdir yang Allah gariskan, lama setelahnya.
Bagaimanakah keadaan hati, orang-orang yang terungkap padanya rahasia Ilahi? Bagaikan air tenang yang memantulkan bayangan secara utuh, sesuai benda aslinya. Bagai telinga peka yang mendengar jelas tiap sabda dan titah Tuhan. Duh, masih jauh dari hal seperti itu. Masih merancang hari dengan hawa nafsu dan keinginan diri. Aku ingin ini aku ingin itu. Aku ingin begini dan begitu. Tak pernahkah kau mempertanyakan Tuhan ridho atau tidak dengan segala pilihanmu?
Ketidaktahuan itu harusnya membuatmu menyerah tunduk pada -Nya Ta’ala. Menyadari kelemahan dan kebodohan diri. Memohon pertolongan pada-Nya Yang Maha Kuat. Yang mengetahui segala yang nyata dan tersembunyi.
Wahai Jiwaku! Ingatlah bahwa tak selembarpun daun jatuh melainkan dengan seizin-Nya. Tiada suatupun menjadi basah atau kering melainkan semua dalam pengetahuan-Nya. Dengan demikian hatimu menjadi tenang atas segala yang berlaku. Berikan semua pada-Nya. Semua yang kau cintai, jiwa dan raga. Ridholah pada-Nya, agar Dia ridho pada-Mu. Tumpas egomu, tebas, dan serahkan pada Dia. Tunduk patuhlah pada-Nya. Sungguh, semua yang terjadi di duniamu biarlah menjadi urusan antara kau dan Dia. Berbuat baiklah, hingga kelak kau menjumpai Wajah-Nya tersenyum padamu.
Bak mengayuh sepeda, segala sesuatu itu berat di awal. Ketika sepeda itu mulai bergerak, kayuhan berikutnya terasa ringan. Aku mulai lebih nyaman dengan keadaanku sekarang. Lebih paham selah bagaimana harus bertindak ketika hati sedang berat. Dan ini yang baru kusadari kemarin, hatiku berdegup lebih kencang saat memandangmu. Seperti ketika kita baru menikah dulu. Jauh lebih menghargai arti hadirmu. Setelah pekerjaan yang berat di luar sana, yang dirimu butuhkan pastinya tempatnya istirahat yang nyaman. Pasangan jiwa yang bisa mengayomi, memanjakan, dan melayani. Aku bahagia kita tetap bisa bercanda, bersenda gurau dan berceloteh ringan. Aku bahagia karena tidak pernah mengalami masa ‘dingin’ di kamar tidur. Aku bahagia karena dirimu tetap ada untuk anak-anak. Aku suka berpikir inilah berkahnya menjalani petunjuk Allah. Terasa sekali cinta di antara kita ditumbuh suburkan oleh Sang Maha Cinta. Terima kasih ya Cinta, untuk segalanya.