09 Sep 2024 Maaf Memaafkan
 |  Category: Uncategorized

Pada suatu hari, Rasulullah saw sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Di tengah para sahabatnya, tiba-tiba Rasulullah saw tertawa ringan sampai-sampai terlihat gigi depannya. ‘Umar bin Khaththab ra yang berada di situ, berkata, “Demi engkau, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?”

Rasulullah saw menjawab, “Aku diberitahu bahwa pada Hari Kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala mereka di hadapan Allah. Salah satunya mengadu kepada Allah sambil berkata, ‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku.’

Allah SWT berkata, ‘Bagaimana mungkin saudaramu ini bisa melakukan itu, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya?’

Orang itu berkata, ‘Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya.’”

Sampai di sini, mata Rasulullah saw berkaca-kaca. Beliau saw tidak mampu menahan tetesan air matanya. Beliau menangis. Lalu, beliau saw berkata, “Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosanya.”

Rasulullah saw melanjutkan kisahnya.

Lalu Allah SWT berkata kepada orang yang mengadu tadi, “Angkat kepalamu!” Orang itu mengangkat kepalanya, lalu dia berkata, “Ya Rabb, aku melihat di depanku ada tempat yang terbuat dari emas dan istana-istana yang terbuat dari emas dan perak bertatahkan intan permata. Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb? Untuk orang jujur yang mana, ya Rabb? Untuk syahid yang mana, ya Rabb?”

Allah berkata, “Istana-istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya.”

Orang itu berkata, “Siapakah yang bakal mampu membayar harganya, ya Rabb?”

Allah berkata, “Engkau mampu membayar harganya.”

Orang itu terheran-heran, sambil berkata, “Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb?”

Allah berkata, “Caranya engkau maafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku.”

Orang itu berkata, “Ya Rabb, kini aku memaafkannya.”

Allah berkata, “Kalau begitu, ambil tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu.”

Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah saw berkata, “Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian saling berdamai, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin.”

Kisah di atas terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim, dengan sanad yang shahih.

Pekerjaan hati yang nilainya tinggi di hadapan Allah adalah meminta maaf, memberi maaf, dan saling memaafkan.

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply » Log in