Senin kemarin aku merasakan Sholat Dhuha yang indah sekali. Ada pemahaman bahwa dalam beramal yang penting adalah timbangan haqqnya. Amal yang tampak kecil di mata manusia, bila memang haqq untuk dilakukan, akan besar nilainya dalam pandangan Allah.
Dalam setiap takdir kehidupan manusia, ada Tangan-Nya yang bekerja di situ. Allah Ta’ala yang menempatkan kita secara spesifik di tempat itu. Ada perasaan hangat di dada ketika menyadari bahwa aku ini hamba yang sedang diatur Allah Ta’ala. Segala takdirku adalah kehendak Dia Ta’ala. Tak penting apa dan bagaimana takdirku yang terpenting adalah siapa yang merancangnya. Aku menangis dalam Dhuhaku seraya berulang kali membatin: “Ya Allah, semua demi Engkau, demi Wajah-Mu. Semoga Engkau berkenan menerimaku dalam keadaan ridho.”
Barang-barang memorabilia yang dilelang di Balai Lelang Christie’s misalnya, adalah bukti bahwa seringkali yang penting siapa, bukan apa-nya. Kaos jersey yang sama, akan beda nilainya bila dipakai oleh Christiano Ronaldo, misalnya. Justru bau keringatnya pemain legendaris itu yang berharga. Bahkan saputangan yang merupakan barang yang amat biasa, bisa jadi berlipat harganya hanya karena dipunyai oleh seorang yang legendaris.
Jadi aku terima semua yang datang dari-Mu, Tuhanku.