Warning: Constant DB_COLLATE already defined in /home/u635756005/domains/nurulnoer.com/public_html/wp-config.php on line 75
nurulnoer.com » My Self

Archive for the Category ◊ My Self ◊

15 May 2007 Tahapan Hidup
 |  Category: My Self, Refleksi  | Leave a Comment

Friday, June 10, 2005, 22.40

Sebenarnya tahapan hidupku terbilang cepat juga dibanding teman-teman sebayaku. Menikah di usia dua puluh. Punya anak di usia dua satu. Dan insya Allah menambah anak di usia dua empat. Sementara di luar sana masih banyak teman-teman lain yang lebih tua masih diselimuti tanda tanya dalam menemukan siapa jodohnya, atau  ada pula yang telah menikah tapi tak kunjung mendapatkan momongan. Well, that what life is, setiap dimensi di dalamnya adalah ujian dari Dia Sang Pencipta Kehidupan. Ujian-Nya dapat berupa kesenangan dan kesusahan. Seringkali malah ujian kesenangan yang membuatku terlena. Diberi hidup dalam kesehatan raga, kelapangan harta, kesenggangan waktu, kemudaan usia malah seringkali melalaikanku dari- Nya. Rasanya saat ini aku jauh lebih cengeng daripada dulu. Sudah diberi begitu banyak tapi masih saja tidak bersyukur dan banyak mengeluh. Seolah-olah semua nikmat adalah something that I deserve it. Mungkin aku sudah terlalu keenakan berada di atas dan lupa untuk melihat ke bawah. Mungkin aku sedang terkena amnesia sehingga melupakan bahwa keadaan sekarang ini pastinya juga adalah sebuah ujian. Well, semoga saja ini bukan amnesia permanen! 

15 May 2007 Misteri Jodoh
 |  Category: My Self  | Leave a Comment

Friday, May 20, 2005, 22.30

Rasanya senang sekali bisa sering-sering menulis. Seperti berbicara dan menasehati diri sendiri. Seperti menggali dalam-dalam apa yang ada di dalam sini. Belakangan ini aku sering berpikir tentang hubungan pria wanita sebagai pasangan. Allah pastinya punya Keadilan dan Kebijaksanaan-Nya sendiri dalam menentukan pasangan. Mengenai pilihan-Nya atasku sungguh membuatku tak habis pikir. It’s perfectly match! (despite of whatever his feeling about me!). Sungguh hanya Dialah Yang Tahu apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Kadang terpikir bagaimana seandainya pasanganku adalah si A, si B, atau si C. Bagaimanakah jalan cerita hidupku saat ini? Apakah lebih seru, lebih tragis, lebih dramatis, lebih romantis, atau bagaimana? Like I ever said before: manusia suka sekali berandai-andai. Suka melihat sesuatu di luar dirinya. Suka melihat ke luar dan bukan ke dalam diri. Akhirnya- seperti istilah yang sering di sebut orang- ia melihat bahwa rumput tetangganya lebih hijau dari pada rumput di halamannya sendiri. Adalah sesuatu yang harus kusyukuri bahwa sampai saat ini aku masih dapat menggenggam dengan erat dan mantap tangan suamiku. Bahwa sampai saat ini aku masih dapat berbagi rasa dan cerita dari hati ke hati dengannya dengan ringan dan akrab walau bagaimanapun pastinya memang masih tetap ada sedikit ruang sisa untuk rahasiaku sendiri. Perkara bagaimana nanti, 10 atau 15 tahun ke depan, keadaan itu berubah, toh itu adalah jalan hidupku juga yang senang sedihnya harus kujalani. Kata Forrest Gump: “ Life is like a box of chocolate. You’ll never know what you gotta get!” Kita tak pernah tahu apa yang akan kita jumpai di awal dan di akhirnya. Membandingkan dirinya dengan yang lain? Dalam batas tertentu, kurasa sah-sah saja. Tapi yang pasti saat ini aku cuma bisa mengatakan: “Masku tersayang, kau adalah yang terbaik. Aku tak mau yang lain lagi!”

29 Apr 2007 Apalah Arti Sebuah Nama
 |  Category: My Self, Refleksi  | 2 Comments

Tuesday, February 21, 2006, 11.07

Dalam perbincangan ibu-ibu, nama pribadi seringkali menjadi sesuatu yang tidak penting lagi diketahui. Seolah-olah nama seorang wanita serta-merta lenyap saat harus bersanding dengan seorang pria. Ia segera dipanggil sebagai Ibu A, Ibu B, atau Ibu C saat menikah dengan laki-laki A, B, atau C. Segera setelah anak-anak lahir, tercipta pulalah nama-nama alias baru sang ibu. Aku misalnya, tidak lagi dikenal sebagai seorang perempuan bernama Nurul, tetapi lebih dikenal orang sebagai Mama Alfath, Mama Aslam, atau nama-nama anakku berikutnya yang insya Allah akan terlahir kemudian. 

Belum begitu lama ini aku menanyakan nama seorang ibu, dan aku terkejut ketika mendapatinya seolah enggan menyebutkan nama aslinya dan hanya minta dipanggil sesuai nama anaknya. Hey, what’s going on here? Apa memang begitu yang seharusnya? Sampai saat cerita ini kutuliskan, entah sudah berapa puluh kali aku bertemu dan berbincang dengan ibu Anu yang tersebut di atas. Sayangnya hingga saat ini pun, aku masih belum mengetahui sepotong pun nama aslinya.

13 Apr 2007 Wednesday, June 29, 2005. 01.48
 |  Category: My Self  | Leave a Comment

Ffuihh, it’s completely a tiring day! Seems everyday is a tiring day. Kalau sudah tiba waktu petang dan malam rasanya yang tersisa cuma kelelahan yang luar biasa. I can’t help my leg! Jadi sungguh bukan maksud hati untuk menelantarkan atau mengacuhkan suami, atau bermaksud jadi istri pembangkang. Sungguh bukan begitu. Tapi karena keadaan badan yang memang sudah sangat terasa berat. Baru teringat keinginanku yang menggebu dulu untuk memberi Alfath adik di jarak yang tidak sejauh sekarang. Tapi  kiranya Allah belum juga berkenan memberi. Sekarang baru benar-benar terasa hikmahnya. Punya anak satu pun terasa sangat melelahkan. Rupanya DIA benar-benar memberi sesuai dengan kesiapanku!

Untuk Mas: “Maaf ya Mas sayang, hope I could serve you better tomorrow!”

13 Apr 2007 Wednesday, June 15, 2005, 17.55
 |  Category: My Self  | Leave a Comment

Ngerasain full-time di rumah, kadang-kadang terbesit juga keinginan untuk bekerja di luaran. Tapi jujur saja, pilihan itu pun kalau dipikir-pikir berat juga untuk dijalani. Sepertinya di jaman sekarang lebih riskan meninggalkan anak sendirian di rumah tanpa pengawasan. Apalagi kalau dengar berita-berita di tivi. Anak ingusan sudah berani berbuat cabul dan asusila. Kalau sudah dengar berita seperti itu rasanya benar-benar ingin di rumah saja dan tak ingin kemana-mana kecuali mengawasi dan menempel ketat anak. Rasanya tidak bekerja di luar pun sudah begitu banyak peluang yang bisa membuat kita sebagai orang tua kecolongan, apalagi kalau harus bekerja di luar rumah. Ya… hidup memang meniscayakan adanya pilihan, dan tiap pilihan ada trade-off-nya masing-masing. Hidupku kini, apa yang harus kupilih?