"Bahkan ketika aku menaiki sebuah lift di New York, ada sebuah TV di sana. Mengerikan sekali, betapa manusia takut akan dirinya sendiri, bahkan untuk waktu 8 detik sekali pun." Ini perkataan Elizabeth Gilbert yang sangat menyentilku yang kulihat untuk ketiga kalinya pagi ini di Oprah. Ia adalah pengarang Best Seller Book "Eat, Pray, Love".
Kenapa buku itu bisa jadi Best Seller? Menurutku, karena buku itu jujur menohok aspek dalam manusia. Buku itu bicara tentang pengalaman pribadi pengarangnya, tentang segala proses pencarian jati dirinya, tapi sejatinya juga bicara tentang diri kita masing-masing. Makhluk bernama manusia. Yang rindu pengetahuan akan eksistensi diri setiap kita di dunia ini. Siapa kita? Apa tujuan keberadaan kita? Untuk apa kita ada? Serentet pertanyaan primordial yang selalu menjadi tanda tanya para filsuf besar semacam Plato, Aristoteles. Suatu pertanyaan mendasar yang nampaknya sederhana namun sama sekali tidak sederhana.
Turning point bagi Elizabeth adalah saat di mana dia merasa gelisah. Menangis di kamar mandi jam 3 pagi, merenungi apa yang hilang dari hidupnya yang tampaknya sempurna. Hidup mapan dan punya pasangan hidup yang sangat baik. Lalu dalam keputusasaannya dia berdoa. Dan sebuah suara -yang dia enggan membahasakannya sebagai Suara Tuhan-menjawabnya. "Just go back to sleep", kata suara itu. Dan di malam-malam berikutnya dia kembali lagi mempertanyakan tentang hidupnya.
Aku sedang tidak ingin membahas detil kisahnya. Hanya ingin menulis point yang menarik bagiku saja. Untuk lengkapnya silakan nonton. Atau baca buku aslinya sekalian.
Apakah Elizabeth telah sampai pada pencariannya? Kuyakin belum. Bahkan ketika ia tuntas menuliskan kisahnya sekalipun. Itu pertanyaan seumur hidup yang butuh jawaban seumur hidup. Everyday is a struggle, bukankah begitu? Ia mungkin kini menjalani hidupnya dengan cara lain, seperti 3 tips yang ia tuliskan: tanyakan pada diri sendiri what do you really-really-really want, tulis jurnal kebersyukuran, dan menanamkan mantra positif pada diri. Tapi tetap saja, hidup adalah perjuangan setiap harinya.
Kembali ke perkataan Elizabeth tadi. Memang mengerikan ya, ketika manusia sibuk sekali dengan apa yang berada di luar dirinya. Bahkan seakan enggan terasing dengan dirinya sendiri, hanya untuk waktu 8 detik!!!