19 Nov 2014 In Memoriam
 |  Category: Uncategorized

Rintik mulai turun di luar sana

Selepas pemakaman seorang kawan tercinta

Isak tangis pecah menatap sebujur tubuh kaku memucat

Selain rasa kehilangan, ialah juga pelajaran kematian mencuat

Andai aku yang terbaring di situ, apa yang kubawa sebagai penyelamat

Tiap jiwa mengetahui apa yang telah dikerjakan dan dilalaikannya

–begitu bunyi sebuah ayat

 

Saat datangnya pemutus kelezatan dunia

Si Jahat menyesal kenapa tak berbuat baik

Si Baik pun menyesal kenapa tak lebih banyak berbuat baik

 

Teringat ayat yang kubaca kemarin hari

Penerima kitab di tangan kanan

berkata: “Bacalah kitabku!”

Aku yakin akan menemui perhitunganku

Maka dia menemui kehidupan surga yang menyenangkan

“Duhai betapa inginnya aku….”

 

Si Penerima Kitab Amal dari kiri menyesalkan

Aduhai sekiranya tidak diberikan catatan jelek ini padaku

Andai kematian menjadi penyelesai segala sesuatu

 

Duh Tuhan….tak kuasa rasanya membaca ayat-Mu ini

Tak layak aku atas surga-Mu

Tapi tak kuasa aku menanggung azab-Mu

 

Dalam pelajaran kematian seorang kawan,

Sesungguhnya, selain dia,

Aku menangisi diriku sendiri

 

Jakarta, 19 November 2014, 17.00

 

 

 

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply » Log in