05 Jun 2009 Suatu Sore yang Cerah
 |  Category: My Family, My Self, Refleksi

Baru saja saya akan menuntaskan mengepel bagian belakang rumah, Si Bungsu yang tadinya asik main di luar langsung menghambur menaiki sofa dengan membawa pistol mainan yang penuh pasir. Tak lama Aslam, Si Tengah, ingin ikut masuk dengan kaki berpasir pekat. Sebelum itu terjadi saya keburu menghalaunya dengan suara keras dan menyuruhnya untuk cuci kaki di keran luar dan lalu segera masuk ke kamar mandi.

“Duh capeknya…!” Padahal tadinya mau selonjoran sebentar meluruskan kaki sambil menikmati lantai yang bersih dan wangi. Lima menit pun tak apalah. Mumpung mereka masih asik main di luar.

Setelah itu Si 3,5 Tahun dan Si 2 Tahun saya biarkan main air sebentar di kamar mandi sembari saya menuntaskan mengepel. Selesai memandikan dan memakaikan baju saya mengunci kamar sebentar agar bisa tenang Sholat Ashar karena belakangan Halim suka sekali menaiki punggung ketika sujud.

Usai sholat saya merenung sebentar dan mencoba berpikir jernih. Lantas pikiran waras datang. Kalau ingin mengeluh, memang banyak hal yang bisa dikeluhkan. Tapi kalau saja kita ingin bersyukur, maka sungguh lebih banyak hal lagi yang bisa disyukuri. Shit happens, indeed. But it’s OK.

Setelah sholat, ada rencana untuk mengajak mereka ke luar. Sore hari begini, atau sering juga pagi hari, kadangkala saya mengajak anak-anak bersepeda mengelilingi komplek mencari angin. Biasanya lantas mampir ke mini market depan perumahan untuk membeli cemilan lalu mencari tempat duduk yang nyaman untuk menikmatinya bersama-sama. Ya, kalau mau bersyukur memang banyak hal yang bisa (bahkan harus) disyukuri. Toh, saya masih bisa menghabiskan waktu bersama anak-anak. Kala jenuh, bisa bermain di luar. Kalau ingin jajan, bisa jajan tanpa harus memikirkan soal uang. Sementara ada ibu lain yang harus bekerja di luar demi memenuhi ekonomi keluarga. Harus kehilangan sebagian waktu bersama anak-anak karena terpaksa. Tentu ibu-ibu yang bekerja demi aktualisasi diri saya kecualikan dari konteks ini.
Kalaupun saat ini keadaan memaksa saya untuk mengerjakan pekerjaan rumah sendiri tanpa asisten, toh sudah ada alat-alat modern yang memudahkan. Ada mesin cuci untuk mencuci baju. Things can be a lot worse. Kalau mesin cuci rusak memang mau tak mau harus mencuci sendiri. Tapi toh nasib saya masih lebih baik daripada ibu-ibu yang terpaksa harus mencucikan baju orang lain dari rumah ke rumah?

Sekali lagi, banyak hal yang harus disyukuri.

Akhirnya sore ini kami tak jadi ke luar. Sore yang cerah ini saya habiskan di rumah saja dengan menulis ini sambil menyuapi anak-anak. Sebelum ide menulis kabur (seperti yang seringkali terjadi bila tidak segera menuliskannya). Pun mereka sedang asik main bertiga di rumah sambil nonton Spongebob. Si Kecil lalu minta susu. Si Sulung meminta es teh manis dan Si Tengah minta dibikinkan keduanya. Dan saya melayaninya dengan tenang di sela-sela menulis.

Friday, June 05, 2009, 16.57

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply » Log in