Ibadah hati itu teramat sulit. Bagaimana berusaha menghubungkan hati senantiasa pada Allah. Secara lahiriah mungkin saja kita terlihat tak berbuat dosa tapi di dalam hati bergejolak semua rasa dan keinginan yang tak patut. Melihat seseorang lalu otomatis muncul penilaian-penilaian. Merasa diri lebih baik, merasa sombong dan merendahkan orang. Menempatkan diri dalam peringkat-peringkat seolah tahu nilai diri sendiri sebenarnya. Duh, Tuhan…padahal hanya Engkaulah hakim yang paling adil. Duh, Tuhan…pantas saja Kau murka sarung kesombongan-Mu dipakai oleh hamba-Mu yang tak punya apapun walau setipis kulit ari.
Ya Allah, kesadaranku hanya kesadaran sekejap-sekejap. Sedikit sadar lalu banyak sekali lalai. Dilenakan oleh hiruk pikuk dunia dan segala urusan ragawi. Tak punya amal, lalu apa yang bisa kubawa saat kembali pada-Mu. Hanya rasa takut dan harap pada-Mu semata. Yang kubawa dalam kesadaran yang sekejap-sekejap.
16
Oct
2018
Tuhan (29)
Category: Refleksi
|
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed.
You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply
» Log in