07 May 2009 Bosan
 |  Category: My Self, Refleksi

Have you ever get bored with your life? With your daily activities? Kurasa tiap orang pasti pernah mengalami kebosanan.

Belakangan ini, a friend of mine, a single career woman usia tiga puluhan mengeluhkan kebosanannya padaku. Dia sebenarnya mencintai pekerjaannya, menyukai apa yang dia kerjakan sehari-hari. Hanya saja kerap menginginkan adanya perubahan signifikan dalam tahapan kehidupannya. Dan dia merasa menikah adalah salah satu solusinya. Mungkin ia telah bosan menjalani hidup dengan bekerja di kantor 9 to 5, Senin sampai Jum’at, and then receive a paycheck in the end of month. Begitu terus, sampai akhirnya dia sadar usianya akan memasuki 30, tanpa seorang pendamping hidup pun menemani.

Well, sebenarnya bukan soal keadaan temanku itu yang ingin kugaris bawahi. What I want to say is, kebosanan bisa melanda siapa saja, termasuk orang yang sudah menikah sekalipun. Siapa bisa jamin bahwa kebosanan temanku itu akan lantas menghilang begitu dia menikah. Kebosanan pasti datang menyapa sekali dua kali dalam hidup. Dan itu sangat wajar. Aku dengan hiruk-pikuk kehidupanku sebagai istri dan ibu dari 3 anak pun sesekali dilanda kebosanan juga. Kadang suka kehilangan arah dan orientasi tentang kemana semua ini akan dibawa. Bosan mengerjakan pekerjaan yang itu-itu lagi yang niscaya akan terus ada sebagai bagian dari siklus hidup. As long as you live, you obviously have to deal with it.

Kita memang perlu melihat ke ‘Atas’, kepada Suatu Zat yang lebih besar dari kita agar tidak terjebak dalam kehidupan kita yang sempit. Sometimes I felt like we live in a small cubicle. Ada sebuah scene di film Men in Black yang membuatku tertegun sejenak. Simpel, tapi ‘dalam’ menurutku. Simple but powerfull. Yaitu saat Agent Kay (Tommy Lee Jones) menempatkan suatu bangsa yang sangat mini –entah apa namanya aku lupa- ke dalam sebuah loker stasiun yang jadi semesta mereka. Tempat mereka hidup dan beraktivitas. Kemudian di bagian nyaris akhir film itu, hal tersebut dipertanyakan oleh Agent Jay (Will Smith), bagaimana mungkin mereka dapat menjalani hidup di semesta yang begitu kecil. Yang lantas dijawab oleh Agent Kay dengan menendang sebuah pintu di belakang mereka, dan lalu tampaklah kaki-kaki besar yang membuat kita jadi merasa sedemikian kecil.

Yang seketika membuat nyess dadaku adalah mendadak tergambar sebuah perspektif baru bahwa, kita manusia ini kecil loh, dan ada sesuatu yang lebih besar di luar kita dan karenanya buat apa terjebak dalam semesta kita yang kecil. Kita mungkin kadang merasa bosan mengerjakan yang itu-itu saja, yang selalu berulang dari waktu ke waktu, rutinitas yang seakan tak ada habisnya. Tapi memang beginilah hidup yang harus dijalani. Sampai akhirnya kita menemukan apa sebenarnya yang jadi misi keberadaan kita di dunia ini, the reason of our being.

So, bosan sesekali wajar lah. Letih sesekali boleh lah. Hanya jangan sampai kehilangan perspektif mengenai grand design dari nikmat keberadaan kita di dunia ini, yang membuat kita merasa hidup ini less of no value except a bunch of routines.
*Sebenarnya ini nasehat ke diri saya sendiri yang kadangkala dilanda kebosanan*

Sebagai penutup, mari simak untaian ayat Qur’an yang penuh hikmah ini:
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk (67): 1-2)

Thursday, May 07, 2009, 03.47

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

One Response

  1. 1
    Bachiro 

    Alhamdulillah, menjadi orang yang padnai bersyukur.Hidup penuh perjuangan, itulah ibadah yang dicatat dan dipetik dihari akhir.Lihat pohon Nangka; daunnya bermanfaat bagi kambing, buanh mudanya bisa dimasak, buah tuanya jadi santapan yang lezat itulah sang Nangka , biji buahnyapun bisa dimasak, yang paling akhir batangnyapun diserahkan ke sang kholik menjadi bahan bangunan yang sangat kuat. Apa mau kita seperti pohon beringin. Menjualang tinggi, nan sombongnya. Dari puluhan kilometer, sudah nampak, namun buah dan daunnya tak bermanfaat paling jadi sampah. Batang beringin yang angkuhpun hanya bisa jadi kayu bakar. Lebih mengerikan lagi he he jangan sampai malam hari kita berteduh dibawahnya, bisa-bisa ajal menjemput kita.Mustinya wajar bila kita yang kerjakeras padnai bersyukur. seperti pohon nangka.salamSW

Leave a Reply » Log in