16 Apr 2007 Life Seeking (4)
 |  Category: Refleksi

Pusing juga sehabis menyortir dan membereskan mainan Alfath. Sebagian besar terdiri dari bagian kecil yang terberai-berai seolah sudah tak ada harga dan gunanya lagi. Padahal dulu mainan itu diperoleh dengan harga belasan atau bahkan puluhan ribu rupiah. Disayangi dan dianggap penting sehingga ia menangisinya ketika salah satu bagian mainan itu hilang, rusak, atau tercecer.  Tapi sesudah lewat masanya, mainan itu dilupakannya begitu saja dan tidak dipedulikannya sama sekali.

 

Bukankah hal yang sama juga terjadi dalam kehidupan kita? Betapa banyaknya perkara yang semula kita anggap penting ternyata adalah sesuatu yang remeh belaka ketika sudah lewat masanya. Aku begitu memusingkan rankingku saat sekolah dulu. Tapi kini, di antara pergaulan ibu-ibu, apakah ada bedanya antara sang juara kelas dan the mediocre?

 

Bisa jadi pola didik ibu yang dulu prestasi sekolahnya biasa-biasa saja lebih bagus karena ia lebih sabar dan tidak terlalu menuntut apapun dari anaknya.

 

Kembali ke topik asal: begitu banyak hal yang remeh temeh dalam kehidupan ini terlebih dilihat dari perspektif keakhiratan dan hakikat sejati keberadaan kita di dunia ini. Beberapa hari yang lalu aku menyaksikan sebuah acara talkshow yang membahas tentang kecantikan. Dangkal dan meletihkan. Dunia terasa betul bagai sebuah permainan dan senda gurau belaka. Apa yang kita anggap penting saat ini mungkin adalah sesuatu yang tidak ada artinya sama sekali untuk bekal kehidupan nanti.

 

Seorang artis mengungkapkan: untuk perawatan kuku saja dia menghabiskan 175 ribu per dua minggu.  Untuk spa, perawatan tubuh dan rambut kira-kira 500 ribu per dua minggu, itu frekuensi minimal. Kalau diundang ke suatu acara atau ada event besar tertentu perawatannya lain lagi. Belum lagi special treatment seperti suntik botox yang lazim dilakukan oleh ibu-ibu kaya. Paling tidak, menurut artis level menengah itu, ia menghabiskan anggaran kira-kira 5-6 juta sebulan untuk  semua perawatan kecantikan itu. Yang sekarang jadi tren adalah melukis kuku. Kalau perawatannya benar, sekali lukis bisa tahan 2-3 minggu. Setiap 3 hari sekali harus dilapisi ulang oleh cairan pelindung tertentu agar tetap baik dan mengkilap. Agar lebih cantik bisa ditambahkan beberapa pearl atau manik-manik di atasnya. Supaya tidak rusak tentunya tidak dianjurkan makan menggunakan tangan. Wuihh, ribet!!! Gimana air wudhu bisa masuk ya? Mungkin itu gak pernah jadi konsiderasi mereka. Yang penting kan bagaimana supaya terlihat cantik, segar dan senantiasa muda. Muka halus, tubuh langsing dan perut ramping.

 

What a fake !!! 

 

 

Sunday, December 11, 2006, 22.02

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can skip to the end and leave a response. Pinging is currently not allowed.
Leave a Reply » Log in