07 Apr 2009 Cinta dan Pernikahan
 |  Category: My Marriage, Refleksi

Kiranya, cinta seperti apa yang dapat meyakinkan kita untuk melangkah hidup bersama? Sepanjang hidup, mungkin tak hanya sekali kita jatuh cinta. Kita bisa jatuh cinta berkali-kali, pada orang yang berbeda-beda. Namun akhirnya, pada siapakah kita akan menambatkan hati? Mengikat janji setia sehidup semati?

Amat jarang rasanya orang yang bisa menikah dengan cinta pertamanya. Kebanyakan cinta pertama adalah cinta monyet. Cinta dari luapan hormon remaja yang tengah meledak-ledak. Banyak yang hanya sekedar coba-coba. Meski ada juga yang benar-benar serius dan membawa kesan mendalam dalam hidup.

Cetusan ide tulisan ini adalah ketika berulang kali melihat tayangan rekaman prosesi pernikahan Dewi Sandra dan Glenn Fredly di Pulau Dewata yang belakangan sering diputar di infotainment.

Keduanya tampak jelas tengah mabuk kepayang dilanda cinta. Ada senyum merekah, wajah berseri dan mata berbinar kala berjanji setia mengucap ikrar pernikahan. Siapa nyana kalau akhirnya pernikahan itu akan berakhir dalam waktu yang terbilang singkat. Hanya 3 tahun saja.

Entah mengapa, tiba-tiba mendadak timbul suatu kekhawatiran di hati ini. Bukan, sama sekali bukan berkaitan dengan pernikahanku. Hanya sekelebatan menangkap ide bahwa, betapa pernikahan ibarat gambling terbesar dalam hidup. You can get a good result sometimes, but there’s a possibility to loose either. You can trapped with the wrong person. Or even the very wrong person. Seseorang yang akhirnya kita putuskan untuk tidak dapat meneruskan hidup bersama lagi. Berpisah untuk kemudian masih dapat berteman baik mungkin masih wajar, tapi tak jarang ia kemudian berbalik menjadi seseorang yang sangat kita benci. Seolah terlupa kenangan bahwa kita pernah berbagi ranjang bersama dengannya. Berbagi mimpi dan harapan hidup bersama.

Kadang cinta yang begitu besar dan membara di awal pernikahan, tidak dapat menjadi pengikat lagi manakala madu pernikahan telah habis di reguk. Apakah cinta bisa sedemikian mudahnya luntur?

Jadi berpikir, Duh Allah, andaikata aku belum bersuami, akankah aku gentar memasuki gerbang pernikahan manakala melihat banyaknya fenomena perceraian terpampang di depan mata. Seolah yang terlihat hanya pahit getirnya pernikahan saja. Seolah mempertahankan pernikahan adalah sesuatu yang sangat sulit dan berat.

Lantas jadi merasa sangat beruntung sekali dengan rejeki jodoh yang Allah turunkan kepadaku. Dalam usia yang relatif muda. Dengan pemikiran yang belum begitu rumit dan ruwet. Dengan jodoh yang begitu baik, melebihi bayanganku sebelumnya. Rasanya pernikahanku ringan saja kujalani. Jauh lebih banyak suka ketimbang duka.

Soal perjalanan cinta, pengalamanku memang teramat pendek. Jadi sebenarnya kurang bisa menceritakan based on experience tentang kebimbangan yang dihadapi seseorang ketika akan menikah. Belum banyak makan asam garam sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah. Bukankah banyak yang mempertanyakan tentang: “Bagaimana kita bisa yakin bahwa si dia adalah orang yang tepat untuk kita nikahi?”
“Bagaimana untuk bisa yakin bahwa mahligai pernikahan yang kita jalani ini nantinya akan berjalan langgeng dan bahagia?”
“Akankah cinta bisa mengatasi semua masalah dalam pernikahan?”
Bukankah itu semua adalah pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul sebelum memutuskan untuk menikah.

Aku memang cinta padamu. Tapi tidak sebegitunya cinta untuk rela menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Karena cinta dan pernikahan sungguh suatu hal yang sangat berbeda. Cinta menuntut kesempurnaan. Sementara dalam pernikahan, akan sangat banyak kita jumpai ketidaksempurnaan. Cinta hanya berhenti sebatas perasaan hati berbunga-bunga ketika mendengarkan kekasih mengucap selamat tidur dan mimpi indah lewat telefon. Tapi menikah berarti bersedia untuk mendengarkan dengkurannya sepanjang malam.

Cinta mungkin berarti berjalan berdua berbagi tawa sambil makan es krim bersama. Dunia serasa milik berdua. Sementara pernikahan berarti bagaimana kekompakan berdua diuji menghadapi kerewelan anak yang tiba-tiba meledak di pusat perbelanjaan.

Rasanya sampai di sini tulisan ini sama sekali belum menjawab pertanyaan awal:
Kiranya, cinta seperti apa yang dapat meyakinkan kita untuk melangkah hidup bersama? God, honestly, I don’t know the exact answer too…

Set a criteria first? Tapi kadang hati tidak bisa memilih pada siapa ia jatuh cinta…
Tapi tak apalah selama pilihan itu masih tolerable dan bukan menyangkut hal yang prinsipil. Meski idealnya, rasionalitas tetap harus dipertahankan kala mencintai.
Percaya dan ikhlas saja, serahkan semua pada Allah, soal cinta urusan belakangan, toh ia akan tumbuh dengan sendirinya? Ini yang ideal, tapi tak semua bisa dengan mudah menerima pendekatan ini.

Jadi bagaimana? Menurutku pribadi, tanyakan saja pada hatimu, bermohon yang terbaik pada Allah Ta’ala. Ambil keputusan yang terbaik per saat itu. Jangan karena keterpaksaan, misalnya karena desakan umur atau malu dengan karib kerabat. Tak usah terlalu risau dan khawatir tentang bagaimana masa depan, karena itu dapat menyurutkan langkah. Membawa pada penantian yang tak berujung. (Dalam sebuah scene di film The Lakehouse, ada percakapan Sandra Bullock yang berperan sebagai seorang dokter dengan seorang gadis kecil pasien di rumah sakitnya.
Gadis itu bercerita bahwa ibunya tidak jadi menikahi pacarnya yang berkepala botak. Alasannya: “Because there’s always something better comes around….”
And Sandra replied: “Be careful. She could spend her whole life waiting…”).

Sangat mungkin bila karena satu dan lain hal, kita akhirnya tak berjodoh panjang dengan pasangan kita. Tapi toh, itu sudah takdir dan nasib yang digariskan oleh-Nya. Dan dalam batas tertentu, manusia memang tidak bisa memilih nasib.

Friday, April 03, 2009, 18.00

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

7 Responses

  1. 1
    madaff 

    Wah,…bagus banget nih ulasannya, menyentuh,dan dalam….Khas Nurul banget!
    Nurul ingatannya tajam banget,salut aku. Ampe hapal itu scene yang di lake house. Daku mah,udah nonton,mah udaahh aja, cuman mendem di hati,ga bisa di ceritain lagi ,hihihi….

    Btw, alhamdulillah banget yah…kita menemukan seseorang yang ternyata melebihi apa yang kita harapkan.Semoga rasa syukur kita senantiasa jadi penguat rasa cinta kepadanya dan kepada-Nya..

  2. 2
    Gagus 

    perkenalkan saya Gagus kuliah di UNESA, saya sangat setuju dengan opini bu nurul. jika kita ingin menikah, kita upayakan semuanya karena Alloh semata ( kita usahakan), so ya menikah karena agamanya. ini merupakan ladang amal bagi kita. salam ke bapak muhammad noer.

    Salam persaudaraan.
    Gagus
    http://gagus-ketut.blogspot.com

  3. 3
    Dewi 

    Nurul… Memang sih, bisa saja orng2 yg saat ini masih single (kayak gw ^_^) jd ragu untuk memutuskan melangkah ke penikahan krn saat ini begitu banyaknya pernikahan yg tidak selamat dari cobaan.
    Tapi…kalo kita mau melihat ke sekeliling kita, ga usah lah jauh2 ke pernikahan artis or whoever they are that are always on TV, masih banyak kok pernikahan yg sukses…yg tetap rukun walaupun suaminya sering pulang malam karena lembur, yg tetap mesra walaupun sang istri sering ‘terpaksa’ nonton liga inggris lantaran suaminya gila bola…
    Sebenarnya yg harus dipertanyakan adalah niatnya menikah kan… Kalo memang karena Allah, apapun cobaannya, Insya Allah pasti bisa dilalui bersama, iya kan… ^_^

  4. 4
    Rina 

    Bila ada definisi cinta maka tak ada pembahasan lagi tentang cinta.
    Bersyukurlah mereka yang pernah merasakan cinta karena dengan itu ia dapat belajar untuk mencintai Allah sepanjang hidupnya. Pernikahan adalah sunatullah, ni’mat bagi manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan berpasangan. I ever felt love but I haven’t felt about marriage. So… there’s not much I could tell about marriage.

  5. 5
    nurulnoer 

    Waa…puitis bgt Rina. Thx for visiting. Mudah2an bisa segera merasakan indahnya pernikahan. Amiin… 😀

  6. 6
    nurulnoer 

    Jangan ragu, Wi. Selama sudah merasa menemukan calon yang tepat (meski -as I wrote- bukan jaminan juga untuk langgeng selamanya) silakan diputuskan untuk segera melangkah ke jenjang pernikahan, toh masalah jodoh sudah digariskan oleh-Nya.
    Hehe…tulisan ini bukan bermaksud nakutin atau membuat gentar loh, sekedar refleksi pribadi aja. Cheers… 🙂

  7. 7
    nurulnoer 

    Kalo scene yang menyentuh biasanya aku hapal, Uni. Kalo perlu direwind terus biar teringat kata-katanya…not miss a single bit 🙂

    Semoga pernikahan kita berdua langgeng terus ya, till death do us part…Amiin… ^_^

Leave a Reply » Log in