14 Feb 2009 Surat-Surat Itu… (1)
 |  Category: My Husband, My Marriage, My Self

Tak banyak orang tahu, betapapun mulus tampaknya proses pernikahanku, pergolakan batin di balik itu sungguh menguras emosi dan pikiranku. Keputusanku untuk memilih Mas sebagai pendamping hidup, bukanlah keputusan ringan yang bisa kuambil dalam tempo semalam. Beberapa orang yang kunilai cukup dekat dengannya dan bisa memberi pertimbangan secara fair dan jujur mulai kumintai informasi dan pendapat. Tentu saja, dalam perkara yang maha penting seperti ini, aku tak mau salah langkah dalam memilih.

Setelah surat lamaran yang Mas ajukan, aku mulai ‘mendekati’ beberapa orang yang kurasa layak menjadi nara sumberku. Aku sampai mengesampingkan rasa maluku sebagai gadis yang dikenal sangat pendiam, untuk mencari tahu secara pribadi baik secara lisan ataupun tulisan, mengenai pribadi calon suamiku secara lebih mendalam.

Kalau dihitung-hitung, kira-kira 8 bulan waktu yang kubutuhkan sejak ia mem-propose ku, hingga aku akhirnya memberi kata putusan untuk dengan rela dan ikhlas menerimanya sebagai suamiku. Mungkin terlalu lama bagi sebagian orang yang berpendapat bahwa proses pernikahan haruslah berjalan cepat untuk menghindari fitnah. Tapi apa mau dikata, memang begitulah jalan hidupku berlaku, aku tidak pernah merancangnya agar menjadi demikian, tapi tidak pernah sekali-kali juga aku menyesalinya. Aku menerimanya sepenuh hatiku. Semuanya itu dihadirkan dalam hidupku pasti atas izin Allah Ta’ala.

Figur Mas yang menurut sebagian orang cukup kontroversial memang memusingkanku sebagai seorang gadis yang warna hidupnya kental dengan nuansa pergerakan. Ia unik dengan gayanya sendiri. Yang menurutku agak susah untuk dikategorikan dalam golongan tertentu. Surat di bawah ini baru awalan. Sebaiknya teman-teman tidak men-judge apa-apa sebelum membaca respon balasanku di surat selanjutnya. Untuk melindungi nara sumber, namanya tak kucantumkan di sini. Mohon maaf bila ada pihak-pihak yang tersinggung. Aku sungguh tak bermaksud menyinggung siapapun di sini. Ini adalah cerita masa lalu. Yang terpenting sekarang adalah Mas telah menjadi Imam yang kuhormati dalam rumah tanggaku yang telah terbangun selama kurun waktu 8 tahun ini.

Depok, 7 Mei 2000

BismiLlahirrahmaanirrohim

Assalamualaikum warohmatuLlohi wa barokaatuh

Segala puji bagi Allah, robb semesta alam yang telah melimpahkan ni’matnya berupa iman dan Islam yang tiada taranya ini serta ni’mat hidayat yang tidak semua orang mendapatkannya. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita, qudwah ummat manusia sedunia Rasululloh SAW beserta keluarga, shohabat, serta pengikutnya yang mengikutinya hingga akhir zaman.

Pada ukhti Nurul, semoga Allah selalu membimbing anti ke jalan-Nya, sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena pada hari Ahad lalu (7/5/2K) tidak dapat menelepon anti, ada amanah yang tidak dapat saya tinggalkan serta terima kasih, syukron jazakallah kepada **** yang telah menyampaikan pesan saya sama anti.

Ukhti Nurul yang dicintai Allah, dalam surat ini saya ingin memberikan sedikit informasi mengenai permasalahan yang anti hadapi, juga (afwan) tausiyah bagi diri saya sendiri khususnya dan sebagai bahan pertimbangan bagi anti dalam bersikap.

Saya selama ini mencoba mencari informasi mengenai bagaimana sebenarnya fikroh dari saudaraku M. Noer setelah beberapa minggu yang lalu, anti mencoba menceritakan permasalahan yang anti hadapi kepada saya. Dari hasil ngobrol-ngobrol dengan beberapa teman dekatnya, (afwan) M. Noer memang memiliki kecenderungan ke arah Syi’ah walaupun tidak secara utuh dia ke Syi’ah namun kecenderungan itu dominan sekali. Beberapa bukti pernah saya ceritakan langsung sama ukhti di mesjid beberapa waktu lalu, termasuk usahanya menyebarkan/mengedarkan poster mengenai hari Asy-Syuro yang merupakan salah satu ritualitas dari golongan Syi’ah. Satu hal mungkin perlu saya ulangi, bahwa Syi’ah telah menyimpang dari aqidah ahlusunnah wal jama’ah, yang begitu mengagung-agungkan Ali ra. hingga berada pada suatu kesimpulan bahwa yang menjadi Nabi/Rasul itu seharusnya Imam Ali. Jibril as, telah melakukan kesalahan dalam menyampaikan wahyu-Nya. Dan sederet bid’ah-bid’ah yang mungkin tidak dapat saya sebutkan di sini.

Ukhti Nurul, semoga Allah merohmatimu, akhirlah sampailah saya pada suatu kesimpulan bahwa kecenderungan Syi’ah memang ada pada diri saudaraku M. Noer walaupun bisa saja hal tersebut tidak benar, tetapi realita yang ada menunjukkan hal demikian. Saya beristighfar, memohon ampun kepada Allah jika saya salah dalam menilainya karena saya adalah manusia biasa yang tidak bisa lepas dari kesalahan. Segala kebenaran itu datangnya hanya dari Allah dan kesalahan adalah dari diri kita sendiri sebagai insan yang dhoif.

Ukhti Nurul yang dicintai Allah (insya Allah), ketika seorang manusia bersyahadat, maka ibaratkan Islam itu adalah suatu bangunan rumah yang kokoh, syahadat adalah pintu untuk memasuki rumah tersebut. Kita ini ibarat tamu di rumah tersebut dan harus mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan di rumah yang bernama Islam tersebut.

Ukhti fillah, jika kita menengok kembali ke masa Rosululloh SAW, kita kenal Sa’ad bin Abi Waqosh, kita tahu Mus’ab bin Umair, kita dengar kebesaran Khalid bin Walid. Bagaimana mungkin Sa’ad bin Abi Waqosh yang telah bersyahadat berani berkata kepada ibunya, “Seandainya ibu memiliki 100 (seratus) nyawa dan keluar satu per satu dari tubuh ibu, niscaya tidak akan menghalangiku untuk memegang teguh dien yang haq ini.” jika tidak semua itu dilandasi oleh kecintaannya kepada Allah. Generasi-generasi itu telah menjual diri dan harta mereka kepada Allah (At-Taubah: 110).

Saya terkesan dengan perkataan Imam Asy-syahid Hasan Al-Banna, “Kami bangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan, dan terwujudnya cita-cita mereka.” Kata-kata itu menunjukkan suatu makna yang implisit, cukuplah Allah dan Rosulnya bagi kami. Hal itu menunjukkan betapa kuan syahadat itu menghunjam dalam dada mereka.

Ukhti fillah, pernikahan adalah suatu jenjang yang akan dilewati oleh manusia (jika Allah menghendaki). Mitsaqon Gholizho, istilah itulah yang dipakai Allah untuk menggambarkan betapa sakralnya ikatan perkawinan itu. Bahkan istilah itu hanya tercantum tiga kali di Al-Qur’an yang salah satunya adalah masalah ikatan perkawinan tersebut.

Ukhti fillah. Marilah kita coba berpikir ke depan kepada generasi-generasi penerus kita/ anak-anak kita nanti. Da’wah di negeri ini adalah suatu proses yang amat panjang yang tidak cukup diselesaikan oleh generasi kita. Anak-anak kita nanti yang akan mengambil tongkat estafet da’wah dari kita begitu seterusnya. Ukhti, anti sebagai orang yang paham akan Islam diharapkan akan melahirkan jundi-jundi baru yang akan meneruskan tongkat estafet generasi kita saat ini, yang akan melahirkan Sa’ad bin Abi Waqosh2 baru, Mus’ab bin Umair2 baru, Khalid bin Abi Walid2 baru, ataupun Hasan Al-Banna2 baru. Karena itu diperlukan aqidah yang bersih dan lurus dari orang tuanya. Saya tidak bisa menjamin apakah anti mampu mempertahankan aqidah anti yang lurus ketika pendamping anti ternyata telah melenceng dari aqidah yang lurus itu. Bagaimana pula dengan anak-anak anti nanti? Mampukah mereka survive dari fikrah-fikrah yang menyimpang itu? Hidayah itu mahal harganya, Ukhti! Pertahankanlah dengan segenap daya dan upaya yang anti miliki.

Ukhti fillah, satu pertanyaan yang ingin saya ajukan sama anti dan jawablah dari hati nurani anti yang paling dalam dan cukup jawaban itu hanya anti yang mengetahui. Jika ternyata ia pada akhirnya tidak menjadi suami anti, ikhlaskah anti, Ukhti? Hanya anti yang tahu jawabannya. Jikalau anti tidak bisa menerima hal itu, maka sudah pasti nafsu telah menyelimuti hati anti. Percayalah kepada skenario Allah, insya Allah itu adalah yang terbaik. Pada akhirnya kebenaran itu datangnya hanya dari Allah. Percayakan segala keputusan kepada Allah dengan Sholat Istikhoroh. Sholat Istikhoroh ini tidak cukup hanya sekali saja, tapi dengan istimroriyah (continue) hingga Allah memberikan/ memberitahukan keputusan-Nya kepada anti, baik itu lewat kemantapan hati, mimpi, perantaraan teman, dsb. Insya Allah informasi dari Allahlah yang dapat kita percaya, yang dapat anti percaya daripada saya atau teman-teman yang lain.

Segala keputusan di dunia ini akhirnya anti lah yang harus memilih. Afwan sebelumnya, tolong berhati-hatilah dalam mengambil keputusan. Pertimbangkanlah secara matang, bagaimana aqidah anti nantinya (hidayah itu mahal harganya dan susah untuk mendapatkannya), bagaimana nasib anak-anak anti nantinya. Ingatlah bahwa dunia ini adalah kenikmatan yang semu. Mata saya selalu berkaca-kaca ketika membaca ni’matnya pertemuan dengan Allah di syurga. Menatap langsung Wajah Yang Agung. Mungkinkah saya juga akan merasakannya? Rasanya jauh sekali saya dari orang-orang yang mendapat kenikmatan itu. Tapi saya sangat yakin bahwa fikrah yang saya pegang sekarang ini adalah yang lurus, fikrah yang anti pegang sekarang ini adalah yang lurus, dan insya Allah akan memepertemukan kita dengan Allah, menatap Wajah-Nya Yang Agung.

Jika engkau bertanya tentang hari di mana ahli syurga mendapat kenikmatan tambahan, dengarlah saat terdengar suara penyeru, “Wahai ahli syurga, sesungguhnya Allah masih mempunyai janji yang akan ditepati-Nya kepada kalian hari ini.“ Mereka bertanya, “Apa janji-Nya? Bukankah Dia telah memutihkan wajah-wajah kami, memberatkan timbangan-timbangan kami, memasukkan ke dalam syurga dan menghindarkan kami dari neraka?” Di saat mereka bertanya-tanya demikian itu, tiba-tiba muncul di hadapan mereka yang cahaya menerangi seluruh kawasan syurga. Mereka menengadahkan wajah-wajahnya, dan Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Suci Nama-nama-Nya telah berada di atas mereka dan berfirman, “Wahai ahli syurga, salamun ’alaikum!” (Kesejahteraan untuk kalian). Tidak ada ucapan yang lebih baik untuk menjawab salam ini selain ucapan, “Allahumma antassalaam wa minkassalaam tabaarokta ya dzal jalaali wal ikraam.” Kemudian Allah berfirman, “Mana hamba-hamba-Ku yang taat kepada-Ku padahal mereka tidak melihat-Ku?” Inilah hari di mana mereka mendapat kenikmatan tambahan, mereka bersatu dalam 1 ucapan, “Kami telah ridha, maka ridhailah kami.” Allah berfirman, “Wahai hamba-hamba-Ku, jika Aku tidak ridha kepada kalian, maka tidaklah Aku masukkan kalian ke dalam syurga-Ku. Inilah hari tambahan kenikmatan, maka mintalah kepada-Ku!” Mereka pun bersatu dalam keinginan yang sama, “Wahai Tuhan kami, tunjukkan kepada kami Wajah-Mu hingga kami bisa melihat-Nya!” Maka Allah pun membuka tabir dan menunjukkan Wajah-Nya kepada mereka, dan mereka pun terpesona dengan cahaya-Nya, yang apabila Allah Azza wa Jalla tidak mentakdirkan mereka untuk kuat melihat-Nya, tentulah mereka akan terbakar. Maka tiada seorang pun dalam tempat itu, kecuali benar-benar telah barhadapan langsung dengan Tuhan mereka. Betapa nikmat pertemuan dengan Allah sedemikian rupa, betapa berserinya bola mata manusia di saat melihat kepada Wajah Yang Maha Mulia di akhirat. Mungkinkah kita akan mendapatkannya ukhti? Semua itu kembali kepada aqidah yang lurus, yang bersih dari segala noda dan nafsu manusia. Insya Allah, fikrah yang kita yakini saat ini, aqidah yang kita pegang teguh ini, akan mampu menghantarkan kita ke syurga-Nya, asal kita istiqomah dalam keyakinan itu.

Afwan jika ada kesalahan dalam diri saya, ataupun kata-kata yang kurang berkenan di hati anti, Ukhti. Kebenaran datangnya dari Allah dan kesalahan dari diri saya sendiri sebagai manusia biasa yang memiliki banyak kelemahan. Wallahu a’lam bish showab.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Dari saudaramu

**********

NB: Sekali lagi afwan jika saya telah lancang dalam berkata-kata dalam surat ini. Syukron jazakallah!

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

2 Responses

  1. 1
    zulhaq 

    ass,
    saya adik kelasnya kak m.noer semasa sma.
    saya merasa dekat dengan kak m.noer, dan waktu sma, aku kagum dengan kepribadiannya yang matang untuk ukuran anak sma. pinter tapi low profil.
    subhanallah, mbak sungguh beruntung mendapatkan kak noer sebagai suami.
    tentang syiah, saya sih lebih memilih mengikuti imam Ali daripada Muawiyah.
    semoga dikaruniakan pernikahan yang barokah.

  2. 2
    nurulnoer 

    Wassalamu’alaikum wr wb.
    Kamu bener Zulhaq, Mas Noer memang jauh lebih dewasa dari usianya. Itu salah satu hal yang bikin saya tertarik. Salam kenal….

Leave a Reply » Log in